Kemacetan sudah melanda kota-kota besar di
Indonesia tak terkecuali kota Bandung yang kita cintai ini. Beberapa ruas jalan
macet tak bergerak antara lain di ruas Jl. Terusan Jakarta, Jl. Achmad Yani,
Jl. AH. Nasution sampai Jl. Raya Cileunyi, Jl. Pahlawan, Jl. Moch. Toha dan
lain-lain.
Kemacetan ini hampir terjadi setiap hari, terutama
pada jam anak berangkat sekolah (dan berangkat kerja) serta diikuti pula pada
sore hari saat usai jam kantor. Di hari libur, kemacetan juga masih terjadi,
karena volume kendaraan dari luar kota Bandung memenuhi jalanan untuk keperluan
wisata. Sehingga praktis warga Bandung jarang merasakan lengangnya jalanan kota
Bandung. Kalaupun bisa leluasa berkendaraan, biasanya terjadi pada Hari Raya
Idul Fitri dimana sebagian besar warga kota Bandung melakukan mudik.
Dan sebagaimana diketahui, karakteristik jalanan
kota Bandung yang rata-rata sempit, tidak mampu menampung volume kendaraan
bermotor. Hal ini akan diperparah oleh pedagang kaki lima yang ikut berjualan
di ruas jalan dan akan adanya program mobil murah.
Kemacetan yang berlangsung terus menerus akan
menyebabkan warga kota Bandung stress dan tersiksa. Karena persoalan macet ini
kurang mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah. Nanti pada
saatnya kota bertumbuh menjadi besar, barulah kita sadar bahwa kemacetan harus
segera ditanggulangi.
Beberapa penyebab kemacetan di kota Bandung :
- Pedagang kaki lima yang sulit
diatur. Mereka menempatkan lapaknya di trotoar bahkan sampai memakan badan
jalan. Mereka tidak peduli bahwa disana ada hak pejalan kaki yang seharusnya
juga dihormati. Untuk diketahui, bahwa kota Bandung adalah kota yang paling
ramah terhadap pedagang kaki lima. Beberapa waktu lalu sempat ditertibkan,
namun kembali lagi saat petugas penertiban kendor dalam melakukan penertiban.
Akan lebih kendor lagi, bila petugas tramtib menarik retribusi bagi pedagang.
Karena penarikan retribusi dianggap legal dan sah oleh pedagang untuk melakukan
aktivitasnya.
- Jalanan kota yang relatif kecil
dan sempit. Bandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Beberapa kota di
Indonesia, kalau membuat jalan langsung dalam ruas yang lebar. Banyak developer
perumahan di kota Bandung tidak memikirkan membangun akses yang lebar. Mungkin
hal ini disebabkan pembebasan lahan yang relatif mahal. Penulis berharap
jalanan protokol kota Bandung, bisa selebar di Jl. Sukarno Hatta. Sehingga
menampung cukup banyak kendaraan. Kalaupun jalanan selebar Jl. Sukarno Hatta
sulit dibuat, minimal ada jalan alternatif yang cukup guna melewatkan
kendaraan.
- Volume kendaraan yang terus
meningkat setiap tahun. Banyak kelas menengah baru membeli kendaraan bermotor,
baik roda 4 maupun roda 2 walaupun pajak kendaraan bermotor dinaikkan tiap tahun.
Hal ini diperparah oleh kebijakan pemerintah dengan program mobil murah.
- Penambahan siswa dan mahasiswa
setiap tahun. Hal ini terjadi karena kota Bandung memiliki perguruan tinggi
yang cukup ternama sehingga calon-calon mahasiswa dari luar kota berlomba-lomba
kuliah di Bandung. Mereka (calon mahasiswa) datang tentunya ada yang
menggunakan transportasi publik dan ada yang membawa kendaraan bermotornya
sendiri.
- Sistem transportasi publik yang belum memadai. Karenanya, warga kota Bandung berlomba-lomba untuk membeli kendaraan sendiri untuk aktivitasnya sehari-hari. Seandainya sistem transportasi publiknya aman, nyaman, murah dan tepat waktu, penulis berkeyakinan para pengendara kendaraan bermotor akan berpindah ke transportasi publik. Saat ini warga Bandung hanya dilayani oleh angkot yang kalau nge-tem seenak perut supirnya. Ada juga Trans Metro Bandung (TMB) yang cukup nyaman, hanya tidak mampu menjangkau pusat aktivitas warga dan kalau terkena macet, maka TMB-pun ikut bermacet-macet ria. Bandingkan dengan busway Trans Jakarta.
Berkaca dari apa yang terjadi di kota Jakarta saat
ini, menyolusikan kemacetan memerlukan tindakan tegas dan biaya yang relatif
mahal. Bila penanganannya terlambat, maka penanggulangannyapun memerlukan
waktu. Dan tidak cukup 1 periode jabatan Gubernur/Walikota.
Apa yang dilakukan Gubernur & Wagub DKI Jakarta
untuk menanggulangi kemacetan saat ini, belum membawa hasil yang memuaskan bagi
warganya. Lihatlah foto-foto berikut yang diambil tanggal 19 Nopember 2013 jam
18.30 wib di sekitar Jembatan Semanggi. Padahal masa jabatan Gubernur &
Wagub DKI sudah berlangsung hampir 1 tahun. Jelaslah, bila penanganan kemacetan
tidak segera disolusikan akan memperparah keadaan.
Tulisan ini dibuat karena kebetulan Walikota Bandung orang baru dan Gubernurnya-pun baru dilantik. Apalagi keduanya berasal dari partai yang sama. Pola pikir yang ada dalam benak penulis, koordinasi vertikal antara walikota dan gubernur menjadi lebih mudah. Harapannya, kemacetan di kota Bandung dapat ditanggulangi dan tidak berlarut-larut.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar